BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.LatarBelakang
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang. DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
DEFINISI
Demam Dengue adalah demam virus akut yang
disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi, dan tulang, penurunan jumlah sel
darah putih dan ruam-ruam. Demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.
Demam
Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviridae, dengan genusnya
adalah Flavivirus. Virus
mempunyai empat serotipe yang dikenal
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai
tingkatan manifestasi yang berbeda tergantung dari serotipe virus dengue.
Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara tropis dan sub tropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda
II. ETIOLOGI
Penyebab
terjadinya demam berdarah adalah virus yang ditularkan melalui sel darah yang
terdapat pada nyamuk aides agepti. plasmodium vivax
dimana penderita merasakan demam muncul setiap hari ketiga.
demam,menggigil, linu atau nyeri persendian, dan kadang sampai muntah,
tampak pucat/anemis,hati dan limpa membesar, air kencing tampak keruh/pekat
karena mengandung Hemoglobin (Hemoglobinuria) terasa geli pada kulit dan
mengalami kekejangan. Namun demikian, tanda klasik ditampakkan adalah adanya
perasaan tiba-tiba kedinginan yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian
munculnya demam dan banyak mengeluarkan keringat setelah 4-6 jam kemudian, hal ini berlangsung
tiap 2 hari, diantara masa tersebut, mungkin penderita merasa sehat seperti
sediakala
III. PATOFISIOLOGI
Patogenesis dan
Patofisiologi, patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami namun terdapat 2
perubahan patofisiologi yang menyolok, yaitu meningkatnya permeabilitas kapiler
yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD
terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran plasma kedalam rongga pleura
dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-28 jam).
Hemostatis
abnormal yang disebabkan oleh
vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan. Aktivasi
sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan
C3a dan C5a meningkat. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum diketahui.
Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD. Namun demikian peran kompleks
antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada DBD belum terbukti.
Selama ini diduga bahwa derajat keparahan
penyakit DBD dibandingkan dengan DD dijelaskan adanya pemacuan dari
multiplikasi virus di dalam makrofag oleh antibodi heterotipik sebagai akibat
infesi dengue sebelumnya. Namun demikian terdapat bukti bahwa faktor virus
serta responsimun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD.
IV. MANIFESTASI KLINIK
Infeksi
oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai sindroma virus nonspesifik
sampai perdarahan yang fatal. Gejala demam dengue tergantung pada umur
penderita, pada balita dan anak-anak kecil biasanya berupa demam, disertai
ruam-ruam makulopapular. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa
dimulai dengan demam ringan, atau demam tinggi ( > 39 derajat C ) yang
tiba-tiba dan berlangsung 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri di
belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah, dan ruam-ruam.
Bintik-bintik
pendarahan di kulit sering terjadi, kadang-kadang disertai bintik-bintik
pendarahan dipharynx dan konjungtiva. Penderita juga sering mengeluh nyeri
menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan ( costae dexter ),
dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40-41 derajat C, dan terjadi
kejang demam pada balita
Infeksi virus dengue dapat
bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam biasa, demam berdarah
(klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue.
- Demam berdarah (klasik)
Demam berdarah
menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda tergantung usia pasien. Gejala
yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah demam dan munculnya ruam.
Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam
tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan
tulang, mual dan muntah, serta munculnya ruam pada kulit. Penurunan jumlah sel
darah putih (leukopenia) dan penurunan keping darah atau trombosit
(trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien demam berdarah.
Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan yang meliputi
mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing berdarah
(haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).
- Demam berdarah dengue (hemoragik)
Pasien yang menderita
demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti penderita demam
berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi,
fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh
pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh
darah, pembuluh limfa, pendarahan di bawah kulit yang membuat munculnya memar
kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel darah merah juga sering
ditemukan pada pasien DBD. Salah satu karakteristik untuk membedakan tingkat
keparahan DBD sekaligus membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya
kebocoran plasma darah. Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi,
pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan terus
berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah. Bila terapi
dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan
cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan
kematian.
- Sindrom Syok Dengue
Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana pasien akan mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam berdarah klasik dan demam berdarah dengue disertai dengan kebocoran cairan di luar pembuluh darah, pendarahan parah, dan syok (mengakibatkan tekanan darah sangat rendah), biasanya setelah 2-7 hari demam. Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah tanda-tanda awal yang umum sebelum terjadinya syok. Sindrom syok terjadi biasanya pada anak-anak (kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue untuk kedua kalinya. Hal ini umumnya sangat fatal dan dapat berakibat pada kematian, terutama pada anak-anak, bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat. Durasi syok itu sendiri sangat cepat. Pasien dapat meninggal pada kurun waktu 12-24 jam setelah syok terjadi atau dapat sembuh dengan cepat bila usaha terapi untuk mengembalikan cairan tubuh dilakukan dengan tepat. Dalam waktu 2-3 hari, pasien yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh, ditandai dengan tingkat pengeluaran urin yang sesuai dan kembalinya nafsu makan.
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, dan Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi eksentrik). Virus akan tetap berada di dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya
V. DIAGNOSA
Diagnosis banding perlu bipertimbangkan bilamana
terdapat kesesuain klinis dengan demam tifoid, campak, influenza, chikungunya
dan tospirosis. Pada awal mulainya demam, DHF sulit dibedakan dari infeksi lain
yang disebabkan oleh berbagai jenis virus, bakteri dan parasit. Setelah hari
ketiga atau keempat baru pemeriksaan darah dapat membantu diagnosa.
Diagnosa ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah :
- Trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 100.000 sel/ mm3
- Hemokonsentrasi, jumlah hematokrit meningkat paling sedikit 20% diatas rata-rata.
Hasil laboraturium seperti ini
biasanya ditemukan pada hari ketiga sampai ke-7. Kadang-kadang dari x-ray dada
ditemukan efusi pleura atau hipralbuminemia yang menunjukan adanya kebocoran
plasma. Kalau penderita jatuh dalam keadaan syok, maka kasusnya disebut sebagai
Dengue Shock Syndrome ( DSS ).
DHF adalah komplikasi serius dengue yang dapat
mengancam jiwa penderitanya, oleh :
- Demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
- Manifestasi pendarahan
- Nepatomegali atau pembesaran hati
- Kadang-kadang terjadi shock manifestasi pendarahan pada DHF, dimulai dari test torniquet positif dan bintik-bintik pendarahan di kulit ( ptechiae ). Ptechiae ini bisa terjadi di seluruh anggota gerak, ketiak, wajah dan gusi, juga bisa terjadi pendarahan hidung, gusi, dan pendarahan dari saluran cerna, dan pendarahan dalam urine.
Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokan menjadi 4 tingkat
:
- Derajat I : Demam diikuti gejala spesifik, satu-satunya manifestasi pendarahan adalah test Terniquet yang positif atau mudah memar.
- Derajat II : Gejala yang ada pada tingkat 1 ditambah dengan pendarahan spontan, pendarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.
- Derajat III : Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh rendah, kulit lembab, dan penderita gelisah.
- Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat di periksa, fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam.
Setelah demam 2-7 hari,
penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah,
penderita berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin dan mengalami
perubahan tekanan darah dan denyut nadi. Pada kasus yang tidak terlalu berat
gejala-gejala ini hampir tidak terlihat, menandakan kebocoran plasma yang
ringan.
VI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terdiri dari :
- Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia
secara komersial untuk flavivirus demam berdarah. Pencegahan utama demam
berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam
berdarah.
Cara pencegahan DBD :
- Bersihakan tempat penyimpanan air ( bak mandi, WC ).
- Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air.
- Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas (kaleng bekas, botol bekas ).
- Tutuplah lubang-lubang, pagar pada pagar bambu dengan tanah.
- Lipatlah pakaian atau kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap di situ.
- Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin untuk membunuh jintik-jintik nyamuk ( ulangi hal ini setiap 2 sampai 3 bulan sekali
- Pengobatan
Pengobatan penderita demam
berdarah adalah dengan cara :
- Pengantian cairan tubuh
- Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter dalam 24 jam.
- Gastroenteritis oral solution atau kristal diare yaitu garam elektrolid ( oralit kalau perlu 1 sendok makan setiap 3 sampai 5 menit )
- Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit diperlukan untuk mencegah terjadinya syok yang dapat terjadi secara tepat.
- Pemasangan infus NaCl atau Ringer melihat keperluanya dapat ditambahkan, Plasma atau Plasma expander atau preparat hemasel.
- Antibiotik diberikan bila ada dugaan infeksi sekunder.
VII. Dampak penyimpangan KDM
permeabilitas kapiler
bocornya plasma rongga
pleura terjadi singkat (24-28
jam).
hipovolemia rongga
peritoneal
syok Hemostatis
abnormal vaskulopati
trombositopeni
koagulopati
manifestasi
perdarahan
DHF
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebaran penyakit DBD
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga
pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada
penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi
penduduk disekitarnya.
Pencegahan dilakukan
dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes
aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi
yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Fokus pengobatan pada
penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi
keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak
minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau
susu).
B. Saran
Beberapa ada cara yang
paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau
pengendalian vektornya adalah:
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan
sampah padat, modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan
cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
3. Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan
malathion dan fenthion).
4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada
tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan
lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue disarana pelayanan kesehatan. Jakarta Departemen Kesehatan RI;2005 .
Suharti C. Dengue Hemorrhagic Fever in indonesia ; role of cytokine in plasma leakeage, coagulation and fibrinolysis. Nejmegen University press 2001
http;//www.sumber-alkes.com
http;//www.indokado.com